event

make an animated gif


DI Larang Keras Comment dengan Kata-Kata Kasar atau berbau Porno,Maka Kami akan menindak dengan Keras!

Welcome to blog

Minggu, 26 Januari 2014

BENARKAH ANAK SEKOLAH MEROKOK MENCARI PERHATIAN?

BENARKAH ANAK SEKOLAH MEROKOK MENCARI PERHATIAN?

Meskipun terlihat aneh dan janggal, fenomena pelajar sekolah yang merokok sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Pelajar yang merokok ini berasal dari segala tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ironisnya lagi bahkan ada balita yang belum bersekolah sudah menjadi perokok.
Saat masih sebagai pelajar, penulis selalu menjumpai pelajar perokok baik yang merupakan teman sekolah atau bukan. Saat di SD ada satu-dua teman yang merokok yang kebanyakan adalah yang berada di kelas lima dan enam, bertambah banyak saat SMP dan lebih banyak lagi saat SMA.
Berdasarkan pengalaman dan berinteraksi dengan teman-teman saat masih pelajar, ada beberapa penyebab atau alasan para pelajar tersebut merokok, yaitu:
  1. Pengaruh Pergaulan. Berdasarkan pengalaman penulis, pergaulan dengan sesama teman baik di dalam sekolah maupun di luar sekolah lah yang lebih dominan menyebabkan seorang pelajar merokok. Mereka yang belum pernah merokok, saat bergaul dengan teman-teman yang merokok biasanya lebih mudah terpengaruh dan ikut-ikutan merokok. Mereka tidak percaya diri bila saat berkumpul dengan teman-teman yang merokok, tidak ikut merokok. Apalagi bila yang yang memegang kendali atau yang dianggap pemimpin dalam suatu kelompok pertemanan adalah pelajar perokok, kemungkinan besar yang lain juga akan ikut merokok. Bahkan merokok bersama-sama dianggap bentuk solidaritas. Satu bungkus rokok dibagi-bagi, bahkan satu batang rokok dihisap bersama-sama secara bergantian. Para pelajar yang selalu membawa rokok dan tidak pelit memberikan rokok pada temannya dianggap lebih “wah” dibanding yang lainnya. Iklan rokok dengan tag “Gak Ada Lo Gak Rame!” mungkin berasal dari fenomena pergaulan tersebut.
  2. Merasa lebih jantan dari yang tidak merokok. Dalam pergaulan pelajar, mereka yang merokok kerap kali diidentikkan dengan jagoan, karena tidak banyak pelajar yang berani merokok walaupun secara sembunyi-sembunyi. Pelajar yang merokok merasa dirinya berani melawan aturan dari sekolah, hal ini secara tidak langsung akan menimbulkan rasa segan atau takut di kalangan teman-temannya yang tidak merokok. Seringkali pula saat kongkow di suatu tempat di mana banyak kelompok pelajar berkumpul, yang merokok merasa lebih percaya diri. Mereka yang tidak tahan dengan bau dan asap rokok apalagi sampai mengibas-ngibaskan tangan dan terbatuk-batuk akan ditertawakan pelajar yang merokok. Maka dari itu tidak aneh bila banyak iklan rokok yang mengidentikkan diri dengan kejantanan atau jagoannya seorang laki-laki yang merokok. Bahkan sempat ada iklan rokok yang pemerannya menggunakan seragam SMA.
  3. Merasa Stress. Cukup banyak pelajar yang merokok karena merasa stress akibat permasalahan yang dialami seperti permasalahan dengan orang tua, pacar ataupun bermasalah dengan guru dan pelajaran. Merokok menjadi pelarian. Hal ini makin mudah dilakukan oleh pelajar yang mempunyai teman-teman yang merokok. Meskipun pada awalnya mereka bertahan untuk tidak merokok di tengah pergaulan pelajar yang merokok, namun disaat sedang mengalami masalah mereka akhirnya akan merokok. Biasanya keinginan merokok tersebut datang karena melihat temannya yang merokok sangat menikmati dan terlihat puas. Akhirnya tergiur ingin merasakan hal yang sama. Saat baru pertama merasakan rokok jelas tidak akan merasakan kenikmatan yang sama sehingga membuat penasaran dan terus mencoba merokok hingga akhirnya kecanduan. Karena memang perasaan menikmati rokok timbul apabila seseorang telah kecanduan.
  4. Pengaruh Orang Tua/Keluarga. Kebanyakan teman-teman yang merokok berasal dari keluarga perokok berat. Biasanya ayah, kakek, paman, kakak atau orang yang tinggal satu rumah merupakan perokok berat. Mereka santai saja merokok di dalam rumah walaupun ada bayi, anak kecil, abg/remaja yang berada di dekat mereka. Jadi tidak begitu mengherankan bila teman-teman pelajar tersebut dengan mudah terpengaruh untuk merokok, meskipun orang tua di rumah melarang mereka merokok bahkan sampai marah besar bila ketahuan merokok.
Ekonomi tidak berpengaruh pada pelajar yang merokok
Dari teman-teman yang merokok tersebut, mereka semua berasal dari kalangan ekonomi yang bervariasi. Ada yang dari keluarga sangat kaya, kaya, ekonomi menengah, sederhana, miskin bahkan sangat miskin. Mereka yang berasal dari kalangan keluarga miskin bahkan sangat miskin tidak begitu kesulitan mendapatkan rokok karena adanya rasa solidaritas diantara teman-teman pelajar khususnya yang merokok. Mereka akan dengan senang hati berbagi rokok, apalagi bagi yang sering membawa banyak rokok dan tidak pelit untuk memberi, mereka akan mendapatkan status sosial yang lebih dibanding yang lainnya.
Pelajar perokok prestasinya biasa saja
Terkait dengan prestasi di sekolah, ada perbedaan mencolok antara pelajar yang merokok dengan yang tidak merokok. Mungkin hal ini tidak berlaku untuk semuanya, namun berdasarkan pengalaman penulis, pelajar yang merokok prestasinya biasa-biasa saja bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan pelajar yang tidak merokok. Selama bersekolah dari SD hingga SMA belum pernah menjumpai pelajar perokok yang mendapatkan ranking kategori teratas di kelas, sangat jarang pula mereka bisa mendapatkan nilai diatas rata-rata (8-10) untuk setiap mata pelajaran ataupun dalam hasil ujian. Iseng-iseng penulis berusaha mengingat teman-teman yang berhasil diterima di perguruan tinggi negeri dari jalur beasiswa, umptn ataupun sekolah tinggi kedinasan, rasa-rasanya tidak ada satupun yang kecanduan merokok. Satu dua kali merokok memang ada, tapi mayoritas mereka sama sekali tidak pernah merokok.
Tidak ikut-ikutan walaupun banyak teman dan anggota keluarga yang merokok
Penulis sendiri selama pelajar tidak pernah merokok meskipun teman-teman, anggota keluarga dan lingkungan banyak yang merokok ataupun menjadi perokok berat. Bahkan salah satu teman dekat penulis yang juga perokok berat adalah salah satu pencandu obat-obatan terlarang. Faktor pertama penyebab tidak mau merokok saat pelajar adalah karena melihat beberapa dari anggota keluarga, kerabat dan tetangga yang sakit keras akibat kecanduan merokok hingga meninggal dunia. Kebanyakan mereka berusia produktif sekitar 30-45 tahun. Faktor kedua adalah karena penulis sangat tertarik dengan pelajaran biologi, guru biologi selalu memberitahukan tentang bahaya dan kerugian merokok, apalagi disertai dengan menunjukkan gambar bagian tubuh yang sakit akibat merokok. Salah satu yang tidak terlupakan adalah saat melihat gambar/foto paru-paru yang menghitam, rusak akibat terpapar sering terpapar asap/abu rokok.Faktor ketiga adalah penulis yang tahu diri karena berasal dari keluarga yang relatif kurang mampu. Untuk makan saja susah, jadi tidak ada alasan untuk membuang uang dengan membeli rokok dan membakarnya. Uang yang ada lebih baik dimanfaatkan untuk membeli keperluan pokok dan penting seperti untuk makan, biaya sekolah, membeli keperluan sekolah, dan bila ada lebihnya untuk ditabung.
Teman-teman penulis yang perokok juga selalu mengajak untuk merokok dengan memberikan rokok secara cuma-cuma. Namun penulis berusaha tidak terpengaruh. Bahkan penulis berusaha berbuat sesuatu agar teman-teman dekat/sahabat berhenti merokok atau tidak terlalu banyak merokok. Saat ditawarkan rokok, penulis mengambil hingga 3-4 batang, namun bukan untuk dipakai merokok. Penulis menyimpan rokok tersebut di dalam kantong lalu mencari kesempatan dan tempat untuk mematah-matahkan rokok tersebut. Hal ini terus penulis lakukan hingga akhirnya diketahui oleh teman yang perokok. Akhirnya mereka tidak pernah lagi menawari/memberi rokok dan memilih menjauh bila hendak merokok. Meskipun begitu, penulis tetap berteman baik bahkan bersahabat dengan teman-teman pelajar yang merokok. Namun penulis memutuskan untuk menjauh apabila mereka merokok atau bila perlu meminta mereka untuk menjauh saat sedang merokok agar tidak mengganggu orang lain. Pertemanan memang penting, namun jangan sampai pertemanan merugikan diri sendiri seperti dapat terganggunya kesehatan akibat terlalu sering menghisap terpapar asap/abu rokok (perokok pasif) dari teman yang asyik/kecanduan merokok.
Apa yang dilakukan/dipilih di masa muda akan sangat berpengaruh pada masa depan seperti di masa dewasa, menjadi orang tua bahkan kelak sampai renta. Saat masih pelajar, bagi penulis dan banyak teman penulis, merokok adalah pilihan yang buruk dan harus dihindari. Semoga para pelajar di jaman sekarang juga banyak yang berpendapat demikian. Salam Sehat.

Regards : Admin 

0 komentar:

Posting Komentar

go to www.loogix.com

Terima Kasih ^0^