Meskipun terlihat aneh dan janggal, fenomena pelajar sekolah yang merokok sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Pelajar yang merokok ini berasal dari segala tingkat pendidikan, mulai dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA). Ironisnya lagi bahkan ada balita yang belum bersekolah sudah menjadi perokok.
Saat
masih sebagai pelajar, penulis selalu menjumpai pelajar perokok baik
yang merupakan teman sekolah atau bukan. Saat di SD ada satu-dua teman
yang merokok yang kebanyakan adalah yang berada di kelas lima dan enam,
bertambah banyak saat SMP dan lebih banyak lagi saat SMA.
Berdasarkan
pengalaman dan berinteraksi dengan teman-teman saat masih pelajar, ada
beberapa penyebab atau alasan para pelajar tersebut merokok, yaitu:
Ekonomi tidak berpengaruh pada pelajar yang merokok
Dari
teman-teman yang merokok tersebut, mereka semua berasal dari kalangan
ekonomi yang bervariasi. Ada yang dari keluarga sangat kaya, kaya,
ekonomi menengah, sederhana, miskin bahkan sangat miskin. Mereka yang
berasal dari kalangan keluarga miskin bahkan sangat miskin tidak begitu
kesulitan mendapatkan rokok karena adanya rasa solidaritas diantara
teman-teman pelajar khususnya yang merokok. Mereka akan dengan senang
hati berbagi rokok, apalagi bagi yang sering membawa banyak rokok dan
tidak pelit untuk memberi, mereka akan mendapatkan status sosial yang
lebih dibanding yang lainnya.
Pelajar perokok prestasinya biasa saja
Terkait
dengan prestasi di sekolah, ada perbedaan mencolok antara pelajar yang
merokok dengan yang tidak merokok. Mungkin hal ini tidak berlaku untuk
semuanya, namun berdasarkan pengalaman penulis, pelajar yang merokok
prestasinya biasa-biasa saja bahkan cenderung lebih rendah dibandingkan
pelajar yang tidak merokok. Selama bersekolah dari SD hingga SMA belum
pernah menjumpai pelajar perokok yang mendapatkan ranking kategori
teratas di kelas, sangat jarang pula mereka bisa mendapatkan nilai
diatas rata-rata (8-10) untuk setiap mata pelajaran ataupun dalam hasil
ujian. Iseng-iseng penulis berusaha mengingat teman-teman yang berhasil
diterima di perguruan tinggi negeri dari jalur beasiswa, umptn ataupun
sekolah tinggi kedinasan, rasa-rasanya tidak ada satupun yang kecanduan
merokok. Satu dua kali merokok memang ada, tapi mayoritas mereka sama
sekali tidak pernah merokok.
Tidak ikut-ikutan walaupun banyak teman dan anggota keluarga yang merokok
Penulis
sendiri selama pelajar tidak pernah merokok meskipun teman-teman,
anggota keluarga dan lingkungan banyak yang merokok ataupun menjadi
perokok berat. Bahkan salah satu teman dekat penulis yang juga perokok
berat adalah salah satu pencandu obat-obatan terlarang. Faktor pertama
penyebab tidak mau merokok saat pelajar adalah karena melihat beberapa
dari anggota keluarga, kerabat dan tetangga yang sakit keras akibat
kecanduan merokok hingga meninggal dunia. Kebanyakan mereka berusia
produktif sekitar 30-45 tahun. Faktor kedua adalah karena penulis sangat
tertarik dengan pelajaran biologi, guru biologi selalu memberitahukan
tentang bahaya dan kerugian merokok, apalagi disertai dengan menunjukkan
gambar bagian tubuh yang sakit akibat merokok. Salah satu yang tidak
terlupakan adalah saat melihat gambar/foto paru-paru yang menghitam,
rusak akibat terpapar sering terpapar asap/abu rokok.Faktor
ketiga adalah penulis yang tahu diri karena berasal dari keluarga yang
relatif kurang mampu. Untuk makan saja susah, jadi tidak ada alasan
untuk membuang uang dengan membeli rokok dan membakarnya. Uang yang ada
lebih baik dimanfaatkan untuk membeli keperluan pokok dan penting
seperti untuk makan, biaya sekolah, membeli keperluan sekolah, dan bila
ada lebihnya untuk ditabung.
Teman-teman
penulis yang perokok juga selalu mengajak untuk merokok dengan
memberikan rokok secara cuma-cuma. Namun penulis berusaha tidak
terpengaruh. Bahkan penulis berusaha berbuat sesuatu agar teman-teman
dekat/sahabat berhenti merokok atau tidak terlalu banyak merokok. Saat
ditawarkan rokok, penulis mengambil hingga 3-4 batang, namun bukan untuk
dipakai merokok. Penulis menyimpan rokok tersebut di dalam kantong lalu
mencari kesempatan dan tempat untuk mematah-matahkan rokok tersebut.
Hal ini terus penulis lakukan hingga akhirnya diketahui oleh teman yang
perokok. Akhirnya mereka tidak pernah lagi menawari/memberi rokok dan
memilih menjauh bila hendak merokok. Meskipun begitu, penulis tetap
berteman baik bahkan bersahabat dengan teman-teman pelajar yang merokok.
Namun penulis memutuskan untuk menjauh apabila mereka merokok atau bila
perlu meminta mereka untuk menjauh saat sedang merokok agar tidak
mengganggu orang lain. Pertemanan memang penting, namun jangan sampai
pertemanan merugikan diri sendiri seperti dapat terganggunya kesehatan
akibat terlalu sering menghisap terpapar asap/abu rokok (perokok pasif)
dari teman yang asyik/kecanduan merokok.
Apa
yang dilakukan/dipilih di masa muda akan sangat berpengaruh pada masa
depan seperti di masa dewasa, menjadi orang tua bahkan kelak sampai
renta. Saat masih pelajar, bagi penulis dan banyak teman penulis,
merokok adalah pilihan yang buruk dan harus dihindari. Semoga para
pelajar di jaman sekarang juga banyak yang berpendapat demikian. Salam
Sehat.
Regards : Admin
|
Minggu, 26 Januari 2014
BENARKAH ANAK SEKOLAH MEROKOK MENCARI PERHATIAN?
BENARKAH ANAK SEKOLAH MEROKOK MENCARI PERHATIAN?
0 komentar:
Posting Komentar